Lagi-lagi TKW Asal Sumbawa Terjebak Di Pangkalan ISIS


Lagi-lagi TKW Asal Sumbawa Terjebak Di Pangkalan ISIS





Sri Rahayu


KBRI DAMASKUS SELAMATKAN TKW DARI “IBUKOTA” ISIS DI RAQQAH

SBMISumbawa, KBRI Damaskus telah berhasil mengevakuasi seorang TKI bernama SRI RAHAYU BT MASDIN NUR asal Sumbawa NTB dari “ibukota” ISIS di Raqqah ke shelter KBRI Damaskus. Sejak menerima informasi tentang keberadaan Sri Rahayu pada Juni 2015, KBRI Damaskus selalu mencari cara agar bisa mengevakuasi Sri Rahayu dari Raqqah. Pemerintah Suriah telah kehilangan kontrol terhadap Kota Raqqah sejak lama, sedangkan akses dari/ke Raqqah ditutup ketat oleh ISIS. Melalui pengacara retainer KBRI Damaskus di Aleppo, Mr. Muhammad Akra, KBRI Damaskus menekan terus-menerus agen tenaga kerja yang mengirim Sri Rahayu ke Raqqah agar bertanggung jawab. Agen tenaga kerja tersebut selalu beralasan bahwa mustahil mengeluarkan Sri Rahayu dari Raqqah.
Sejak konflik di Suriah meletus, Raqqah merupakan medan pertempuran paling parah sekaligus medan perang paling berat antara Tentara Pemerintah Suriah, pemberontak Free Syrian Army, dan ISIS. Sejak akhir 2013, ISIS berhasil merebut Kota Raqqah dari pemberontak Free Syrian Army dan menjadikannya sebagai “ibukota” ISIS.

Setelah menyusun rencana bersama, dipilihlah seorang pegawai agen tenaga kerja yang mengenal wilayah medan pegunungan Aleppo—Raqqah untuk menjemput Sri Rahayu. Setelah mencermati waktu yang tepat dan rencana matang disusun, Sri Rahayu dievakuasi melalui perjalanan darat Raqqah—Aleppo dari gunung ke gunung secara klandestin siang dan malam selama 6 hari. Untuk mengelabui tentara ISIS, Sri Rahayu dan pegawai agen Sana mengaku sebagai suami istri. Sri Rahayu berhasil dibawa ke Kantor Konsuler cabang Aleppo pada Januari 2016. Setelah semua hak dan urusan selesai diperjuangkan di Aleppo, Sri Rahayu diantarkan ke shelter Damaskus pada 12 Maret 2016 untuk dipulangkan ke Indonesia pada kesempatan pertama.

Duta Besar RI Damaskus, Djoko Harjanto, menyampaikan bahwa keberhasilan Tim Konsuler KBRI Damaskus dalam menyelamatkan Sri Rahayu patut diapresiasi. Selain itu, perlindungan WNI di wilayah konflik dapat terlaksana berkat hubungan yang terjalin baik, terus dibina, ditunjang oleh jejaring yang kuat.
“Tanpa jejaring yang kuat antara KBRI Damaskus, pemerintah Suriah, dan tokoh masyarakat, mustahil dapat mengemban misi utama perlindungan WNI di tengah gejolak konflik Suriah ini,” ujar Dubes Djoko.

Ditambahkan oleh Pejabat Fungsi Konsuler merangkap Penerangan Sosbud KBRI Damaskus, AM. Sidqi, bahwa penyelamatan TKI dari wilayah konflik bukan pertama kali dilakukan oleh Tim Konsuler KBRI Damaskus. 

“Pada Januari 2016, KBRI Damaskus juga berhasil menyelamatkan seorang TKW asal Subang bernama Casih bt Waan dari kepungan ISIS di Deir Ezzor yang dievakuasi menggunakan helikopter tentara Suriah,” tutur Sidqi.





Lebih jauh lagi, sejak konflik meletus di Suriah pada 2011, KBRI Damaskus juga telah merepatriasi sebanyak hampir 13 ribu orang WNI/TKI dari Suriah kembali ke Indonesia.

* * *
Sri Rahayu didatangkan ke Suriah pada 2 Februari 2011 atas upaya agen tenaga kerja PT BINHASAN MAJU SEJAHTERA (Indonesia) dan Sana (Suriah) untuk bekerja di Aleppo. Meskipun telah habis masa kontrak kerjanya di Aleppo selama 2,5 tahun, Sri Rahayu bukannya dipulangkan, tetapi malah dijual kembali oleh agen Sana ke majikan baru bernama Mr. Abdul Azim al-Ujaeli di Raqqah. Agen Sana selalu berbohong kepada Sri Rahayu bahwa Kedutaan Indonesia tutup di Suriah dan tidak ada penerbangan ke Indonesia. Saat itu, Kota Raqqah masih dikuasai oleh pemberontak Free Syrian Army (FSA). Tiga bulan setelahnya atau pada akhir 2013, tentara ISIS memasuki Kota Raqqah dan mengklaim sebagai “ibukota” ISIS.

Selama 2 tahun 2 bulan bekerja di Raqqah, Sri Rahayu digaji dengan baik oleh majikan Mr. Abdul Azim al-Ujaeli yang dulu berprofesi sebagai insinyur. Sri Rahayu bertugas untuk merawat majikannya yang sudah tua dan tinggal seorang diri, sementara anak-anak majikannya sudah keluar dari Raqqah. Majikan Sri Rahayu bukan simpatisan ISIS, tetapi penduduk asli Raqqah yang terjebak di Raqqah karena usia senja.


Selama tinggal dan bekerja di Kota Raqqah yang dikendalikan ISIS, TKW asal Sumbawa ini menyaksikan secara langsung peristiwa dimana ISIS memasuki Kota Raqqah. Sri Rahayu mengaku mendengar orang-orang berlarian sambil berteriak ketakutan bahwa ISIS memasuki Kota Raqqah dan merebut gudang senjata milik Batalyon 17 Tentara Suriah. Sejak saat itu, ISIS menguasai kota dan bendera hitam menjadi pemandangan lazim di Kota Raqqah. Selama tinggal dibawah kontrol ISIS, Sri Rahayu selalu mengenakan pakaian hitam dengan cadar menutup rapat wajahnya ketika keluar rumah atau sekadar membersihkan halaman agar tidak diketahui berasal dari Indonesia.

Suatu hari, ketika TKW yang pernah bekerja di Arab Saudi selama 20 tahun ini berbelanja di Pasar Raqqah, ia melihat kepala-kepala manusia dijejerkan di pinggir jalan setelah dipenggal. Sri Rahayu membatalkan belanja dan lari pulang ketakutan ke rumah majikan. Dari bahasa dan logat bicaranya, Sri Rahayu mengenali banyak tentara ISIS di Kota Raqqah berasal dari Arab Saudi, Tunisia, India dan beberapa orang kulit putih, tetapi tidak pernah bertemu dengan orang Indonesia. 

Di hari lain, Sri Rahayu disuruh oleh majikannya untuk membeli rokok secara sembunyi-sembunyi. Ia tahu ISIS mengharamkan rokok dan akan menghukum keras para perokok. Sebelum tiba di tempat penjual rokok, ia keburu dicegat oleh tentara ISIS dan ditanya akan kemana.


“Saya akan membeli sesuatu ke pasar,” jawab Sri Rahayu. Tentara ISIS tersebut lantas memerintahkan ia untuk kembali ke rumah karena tidak didampingi oleh lelaki muhrimnya. “Untung rokok belum di tangan,” Sri Rahayu bersyukur.





Sejak Raqqah dikuasai ISIS, kebutuhan bahan pokok menjadi sangat sulit. Pada bulan Ramadhan tahun 2014, ia bercerita mengantri membeli roti hingga menginap terpaksa di pabrik roti hanya untuk mendapatkan roti.

* * *
Meskipun tinggal di Kota Raqqah, Sri Rahayu tidak bekerja bagi simpatisan ISIS. Mr. Abdul Azim al-Ujaeli merupakan penduduk asli yang terjebak di Kota Raqqah karena usia senja. Setelah KBRI Damaskus melakukan screening berkali-kali kepada Sri Rahayu, tidak ada indikasi sama sekali bahwa TKW kelahiran 1976 ini bersimpati pada ISIS. Bahkan ia mengaku membenci ISIS karena melihat sendiri perilaku kejam mereka di Raqqah.


“Selayaknya para TKW lainnya, Sri Rahayu hanya concern tentang gaji dan pulang. Hal ini sekaligus juga menolak asumsi beberapa pihak di Tanah Air bahwa banyak TKI di Suriah banyak yang condong pemikirannya ke ISIS,” ujar AM. Sidqi, Pejabat Konsuler sekaligus Penerangan Sosbud KBRI Damaskus. Saat ini Sri Rahayu berada aman di shelter KBRI Damaskus bersama puluhan TKI lainnya yang tengah dipersiapkan kepulangannya. (Sumber: Pensosbud KBRI Damaskus