Edisi Kartini, Peran Perempuan Di Era Moderen

Edisi Kartini, Peran Perempuan Di Era Moderen

SBMI SUMBAWA, SUMBAWA- Peran dan posisi perempuan saat ini khususnya di daerah "mereka menjawab, posisi perempuan saat ini cukup berat" terlihat dari porsi perempuan terutama di kanca politik jauh dari harapan, belum lg perempuan saat ini masih saja di jadikan sebagai objek dari kekerasan dan tereksplotasi baik dalam peran dan kedudukannya, apa lagi di daerah khususnya penghasil buruh migran karena unsur keterpaksaan dari pada kebijakan dan minimnya lapangan pekerjaan sehingga membuat perempuan masih saja menjdi sasaran empuk untuk di perdagangkan baik sebagai Buruh murah maupun Buruh migran dan di daerah 99% penghasil buruh migran dan diatas rata-rata tereksploitasi.

Baik dari segi perlindungan dari prapenempatan maupun di penempatan, korban calo maupun kekerasan karena rata-rata mereka bermasalah. Lantas bagaimana mengoptimalkan peran perempuan khususnya jika diantara mereka sendiri masih saja belum siap ataukah karena keterbatasan ruang lingkup baik secara pendidikan ataukah karena prsoalan budaya semata yg membuat mereka belum siap untuk ikut berperan aktif di segala bidang..??

Keterwakilan perempuan di kursi parlemen dan jabatan-jabatan strategis terutama di daerah bagian timur masih sangat minim sekali. dan yang perlu kita ingat bahwa daerah NTB merupakan basis pengiriman Buruh Migran terbesar di indonesia yang sama-sama kita ketahui secara budaya terutama budaya fatriarki masih melekat dan terkungtkung oleh budaya ketimuran yang membuat mereka sulit keluar dari masalah-masalah yang mereka hadapi.

Era odernisasi tentu perempuan harus lebih pro aktif mengikuti setiap perkembangan yang ada, mengingat dengan kenyataan yang ada maka ada sekulumit persoalan, perempuan harus mulai bersatu dengan bergotong royong untuk menopang kehidupan dalam menghadapi perampasan hak dan perdagangan manusia oleh sistem yang ada saat ini.

Perempuan harus mulai mengorganisir diri satu sama lain belajar berorganisasi dan berjuang dan siap menjadi pelopor dalam setiap persoalan yang ada serta berjuang untuk kesamaan hak dalam segala bidang.

Bicara soal perempuan memang butuh keseriusan dengan benar-benar memberi peluang dgn pelaksanaan kuota 30% keikutsertaan mereka. Sekali lagi kesempatan ini perlu di lirik dan yang terpenting adalah kita di daerah sangat membutuhkan tokoh dan organisasi prempuan yg progresip guna menjadi pelopor kemajuan bagi perempuan, bukan organisasi PKK yang di harapkan.

Sekali lagi perempuan harus punya organisasi pelopor yang progresif bukan organisasi yang justeru mengkebiri dari pada hak perempuan itu sendiri yang akan melahirkan pembodohan yang mempertahankan sistem feodalisme dan patriarki di dalam kaum perempuan itu sendiri.

By: Nelly Komala