BMI Meninggal Sakit Di Malaysia, Perusahaan Tak Peduli

Pahlawan Devisa yang tewas

SBMISUMBAWA, KUALALUMPUR - Artikel ini kami publikasi lagi sebagai catatan bahwa buruh migran yang merupakan Pahlawan Devisa tapi tidak dipedulikan oleh bangsa ini. Masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) seakan tak pernah habisnya. Kini, seorang TKI meninggal dunia akibat menderita sakit keras yang tidak mendapat tanggapan bahkan tidak dipedulikan oleh pihak perushaan tempat ia bekerja.


Rozalik (23), TKI asal Dusun Medas Timur, Desa Bagu, Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah (Loteng), yang bekerja belum genap satu tahun di Malaysia, meninggal karena menderita sakit keras, beruntung ada kerabat dekatnya yang tidak lain adalah orang tuanya sendiri, yang mengurus kepulangan jenazah Rozalik, sehingga pihak keluarga bisa memakamkan di daerah asalnya.

Jenazah tiba di Bandara Internasional Lombok (BIL), pada Senin (4/11) sekitar pukul 22.30 Wita, diserahkan langsung ke pihak keluarga oleh pihak PJTKI yang memberangkatknnya. Proses pemakaman jenazah Rozalik dilakukan pada Selasa (5/11) pagi.

Usai proses pemakaman, Tanwir, keluarga dari korban menceritakan kisah almarhum Rozalik di Malaysia. "Kami dapat informasikan dari pihak keluarga yang kebetulan juga orang tua dari Rozalik sendiri, yang bekerja sebagai TKI di Malaysia, namun tempat kerja mereka berbeda", katanya.

"Beberapa hari sebelum meninggalnya Rozalik telah bercerita soal penyakit yang dideritanya, bahkan Rozalik juga sempat minta untuk pulang ke Lombok, namun pihak perusahaan tempat ia bekerja tidak menanggapinya, bahkan pihak perusahaan mengancam jika ia mau pulang maka harus mengganti sekitar dua ribu ringgit", terang Tanwir.

Lanjut Tanwir, merasa kondisinya yang semakin parah, maka ia pergi menemui orang tuanya untuk minta dirawat. Setelah beberapa hari bersama orang tuanya, melihat kondisi anaknya semakin parah, sehingga sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun tak tertolong. Almarhum menghembuskan nafas terkahirnya di rumah sakit.

Dijelaskan Tanwir juga, sebelumnya Rozalik telah memberitahu kondisi sakitnya yang semakin parah kepada pihak perusahaan tempat ia bekerja. "Bahkan saat berada di tempat orang tuanya juga sempat memberitahukan kondisinya yang sakit via handphone ke perusahaan tempatnya bekerja, namun perusahaan tak menanggapinya, bahkan tidak bertanggungjawab", terangnya.

"Kalau tidak diurus oleh orang tuanya, kemungkinan jenazahnya tidak bisa dipulangkan", katanya dengan nada kesal.

Sementara Kades Bagu, M Agus Samsilaturrahman menyatakan bahwa setelah proses pemakaman, pihak desa akan memproses dan mempermudah kebutuhan secara administrasi pihak keluarga untuk bisa mengurus dan mendapatkan hak Almarhum sebagai pahlawan devisa negara.